Penyakit Anjing ini merupakan penyakit yang paling berbahaya pada anjing kita, yaitu Penyakit Leptospirosis. Sebenarnya penyakit ini bukan hanya pada
Anjing saja tetapi bisa juga menyerang hewan lain dan manusia termasuk kita.
Masih ingat kan sewaktu Jakarta terendam banjir, nah waktu itu penyakit yang
paling banyak menyerang penduduk Jakarta adalah Leptospirosis. Baik saya coba
untuk bercerita tentang penyakit ini.
Apa Penyebab Penyakit Leptospirosis...?
Penyebab penyakit ini adalah Bakteri Leptospira
sp yang ditularkan dari hewan kemanusia atau sebaliknya, jadi biasanya disebut
dengan penyakit zoonosis. Nama penyakit ini juga bermacam-macam ada yang
menyebutnya Penyakit Swineherd's, Demam pesawah (Ricefield fever),
Demam Lumpur,
Jaundis berdarah, Penyakit Stuttgart, atau Demam Canicola. Ada
juga yang menyebut Demam Icterohemorrhage sehingga biasa disebut juga
Penyakit Kuning non-Virus.
Bakteri
Leptospira merupakan Spirochaeta aerobik (membutuhkan oksigen untuk
bertahan hidup), motil (dapat bergerak), gram negatif, bentuknya dapat
berkerut-kerut, dan terpilin dengan ketat. Bakteri Lepstospira berukuran
panjang 6-20 µm dan diameter 0,1-0,2 µm. Sebagai pembanding, ukuran sel darah
merah hanya 7 µm. Jadi, ukuran bakteri ini relatif kecil dan panjang sehingga
sulit terlihat bila menggunakan mikroskop cahaya dan untuk melihat bakteri ini
diperlukan mikroskop dengan teknik kontras. Bakteri ini dapat bergerak maju dan
mundur.
Leptospira mempunyai ±175 serovar , bahkan ada yang mengatakan
Leptospira memiliki lebih dari 200 serovar. Infeksi dapat disebabkan
oleh satu atau lebih serovar sekaligus. Bila infeksi terjadi, maka pada tubuh
penderita dalam waktu 6-12 hari akan terbentuk zat kebal aglutinasi.
Leptospirosis pada anjing disebabkan oleh infeksi satu atau lebih serovar dari Leptospira
interrogans. Serovar yang telah diketahui dapat menyerang anjing yaitu L.
australis, L. autumnalis, L. ballum, L. batislava, L.
canicola, L. grippotyphosa, L. hardjo, L.
ichterohemorarhagica, L. pomona,
dan L. tarassovi
Terdapat dua serotipe dari Leptopira yang penting pada
anjing yaitu; 1) Serotipe Canicola yang berhubungan erat dengan kejadian
nefritis interstisialis akut dan 2) Serotipe icterohaemorrhagie yang
berhubungan dengan kejadian jaundice dan hemoragi. Perbedaan antara
kedua serotipe ini disimpulkan bahwa serotipe canicola berhubungan
dengan jaundice dan serotipe icterohaemorrhagie berhubungan
dengan penyakit ginjal (Noel dan Latimer 2008). Leptospirosis pada anjing
selalu berkaitan dengan gagal ginjal akut dan penyakit hati yang disertai
dengan jaundice (Ettinger & Feldman 1995).
Bagaimana Penularan Penyakit Lepatospira ini..?
Leptospirosis
merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui air (water borne disease).
Urin (air kencing) dari individu yang terserang penyakit ini merupakan sumber
utama penularan, baik pada manusia maupun pada hewan . Kemampuan Leptospira
untuk bergerak dengan cepat dalam air menjadi salah satu faktor penentu utama
ia dapat menginfeksi induk semang (host) yang baru . Hujan deras akan
membantu penyebaran penyakit ini, terutama di daerah banjir . Gerakan bakteri
memang tidak memengaruhi kemampuannya untuk memasuki jaringan tubuh namun
mendukung proses invasi dan penyebaran di dalam aliran darah induk semang.
Kejadian Leptospirosis di Indonesia Pada Manusia
Di
Indonesia, penularan paling sering terjadi melalui tikus pada kondisi banjir.
Keadaan banjir menyebabkan adanya perubahan lingkungan seperti banyaknya
genangan air, lingkungan menjadi becek, berlumpur, serta banyak timbunan sampah
yang menyebabkan mudahnya bakteri Leptospira berkembang biak. Air
kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke tubuh manusia melalui permukaan
kulit yang terluka, selaput lendir mata dan hidung. Sejauh ini tikus
merupakan reservoir dan sekaligus penyebar utama Leptospirosis karena bertindak sebagai inang alami dan
memiliki daya reproduksi tinggi. Beberapa hewan lain seperti sapi, kambing,
domba, kuda, babi, anjing dapat terserang Leptospirosis, tetapi potensi
menularkan ke manusia tidak sebesar tikus.
Bentuk Penularan
Bentuk
penularan Leptospira dapat terjadi secara langsung dari penderita ke
penderita dan tidak langsung melalui suatu media. Penularan langsung terjadi
melalui kontak dengan selaput lendir (mukosa) mata (konjungtiva), kontak luka
di kulit, mulut, cairan urin, kontak seksual dan cairan abortus (gugur
kandungan). Penularan dari manusia ke manusia jarang terjadi.
Penularan
tidak langsung terjadi melalui kontak hewan atau manusia dengan barang-barang
yang telah tercemar urin penderita, misalnya alas kandang hewan, tanah,
makanan, minuman dan jaringan tubuh. Kejadian Leptospirosis pada manusia banyak
ditemukan pada pekerja pembersih selokan karena selokan banyak tercemar bakteri
Leptospira. Umumnya penularan lewat mulut dan tenggorokan sedikit
ditemukan karena bakteri tidak tahan terhadap lingkungan asam.
Bagaimana
Mendiagnosa Penyakit Lepatospira ini…?
Perubahan Patologi Anatomi yang merupakan patognomonis
dari penyakit ini meliputi hepatitis, ikhterus, nefritis interstitialis dan
pendarahan multiorgan. Leptospira dapat menyerang berbagai organ antara lain ginjal,
hati, limpa, sistem saraf pusat (SSP), mata, dan organ reproduksi. Patogenesa penyakit ini diawali
dengan anjing
terinfeksi Leptospira melalui kontak dengan urin hewan yang terinfeksi
sebelumnya, air yang terkontaminasi Leptospira dari urin tikus,
kopulasi, gigitan dan daging yang terinfeksi Leptospira. Leptospira
masuk ke dalam tubuh hewan melalui kulit yang luka atau membran mukosa kemudian
masuk ke pembuluh darah. Bakteremia ini dapat merusak pembuluh darah dan
melisiskan darah. Leptospira memiliki enzim lipase yang ekan merusak
membran sel darah dan sel endotel hal inilah yang menyebabkan terjadinya
pendarahan multi organ. Lisisnya sel darah merah membuat limpa meningkatkan
kerjanya untuk melakukan destruksi sel darah merah yang menyebabkan terjadinya
peningkatan bilirubin tak terkonjugasi dalam darah yang menyebabkan terjadinya
ikhterus. Selain ikhterus pre hepatik, leptospirosis juga menyebabkan ikhterus
hepatik karena rusaknya sel-sel hati dan ikhterus post-hepatik karena
tersumbatnya duktus choledukus oleh bakteri tersebut dan reruntuhan sel dinding
duktus. Bakteri ini tersebar di beberapa organ tubuh penting antara lain
ginjal, hati, SSP, limpa, mata, dan organ reproduksi. Tubuh dapat bereaksi
terhadap infeksi Leptospira dengan memproduksi antibodi. Umumnya Leptospira
dapat dieliminasi dari sebagian besar organ oleh antibodi yang diproduksi
tubuh. Namun keberadaan Leptospira di ginjal sulit dieliminasi, karena
ginjal khususnya daerah glomerulus merupakan daerah yang jarang ditemukan
antibodi karena ukuran antibodi yang tidak dapat melewati filtrat glomerulus.
Berdasarkan anamnese, dikatakan bahwa anjing telah menjalani vaksinasi terhadap
leptospira. Munculnya leptospirosis pada hewan yang telah divaksinasi dapat
terjadi karena beberapa hal diantaranya kegagalan vaksinasi, kegagalan tubuh
membentuk antibodi karena imunosupresif ataupun anjing terinfeksi leptospira
dari serevoar lain yang tidak terdapat dalam vaksin. Pada kondisi ini, Leptospira
dapat keluar bersama urin selama beberapa bulan hingga tahunan. Keparahan lesio
organ tergantung pada virulensi agen dan kerentanan hewan sebagai induk semang.
Penularan
banyak terjadi saat musim hujan atau dalam keadaan lembab.
Bagaimana Cara Pengobatan dan
Pencegahan Penyakit Leptospirosis ini..?
Hewan,
terutama hewan kesayangan, yang terinfeksi parah perlu diberikan perawatan
intensif untuk menjamin kesehatan masyarakat dan mengoptimalkan perawatan
Antibiotik yang dapat diberikan yaitu doksisiklin, enrofloksasin,
ciprofloksasin atau kombinasi penisillin-streptomisin Selain itu diperlukan
terapi suportif dengan pemberian antidiare, antimuntah, dan infus.
Sedangkan
Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan vaksin Leptospira. Vaksin
Leptospira untuk hewan adalah vaksin inaktif dalam bentuk cair
(bakterin) yang sekaligus bertindak sebagai pelarut karena umumnya vaksin Leptospira
dikombinasikan dengan vaksin lainnya, misalnya distemper dan hepatitis.Vaksin Leptospira
pada anjing yang beredar di Indonesia terdiri atas dua macam serovar yaitu L.
canicola dan L. ichterohemorrhagiae Vaksin Leptospira pada
anjing diberikan saat anjing berumur 12 minggu dan diulang saat anjing berumur
14-16 minggu. Sistem kekebalan sesudah vaksinasi bertahan selama 6 bulan,
sehingga anjing perlu divaksin lagi setiap enam bulan.
Related Post Penyakit Pada Anjing Lainnya:
0 komentar:
Post a Comment